Dear Soloist Danseuse,
Bagaimana kakimu? Masih lemahkah menari?
Aku harap tidak. Semesta gugur hening kehilangan sosok penari yang biasanya menari dari pesisir ke pesisir lainnya. Meski sendiri. Kau lihat langit yang selalu dirundung muram dan menangis sejadi-jadinya, saat sang penari terbalut luka rantai dipergelangan yang menjuntai dikedua kaki, tapi ia enggan tuk melepas. Padahal tahu, ia bisa dengan mudah melepas rantai-rantai yang menahan, kemudian pergi dengan tarian-tarian surgawi mengikuti angin berselendangkan pelangi. Tapi ia enggan dan memilih tuh tinggal.
Dalam goa-goa prasasti yang entah dimana, kau layaknya seorang tahanan tanpa mentari sebagai antarimu. Mencoba menari tengah temaram yang tak berujung, menuliskan prasasti di goa itu sebagai doa. Tentang hidupmu, tentang mereka, bahkan tentang mimpi-mimpimu. Dalam gulita kau meminta pendar, sekedar ingin kau prasastikan kisahmu meski sebentar. Kau lupa, bahwa kaulah sang binar itu sendiri.
Bangkitlah sayang, bukankah sudah kukatakan padamu. Kau memiliki cahaya dalam dirimu sendiri. Kaulah sang cahaya untuk semestamu. Percayalah, diujung goa itu kau pemiliki andil tuk menarikan sebanyak apapun tarian yang ingin kau sampaikan. Terangilah jalan dengan titahmu sebagai sang penguasa alam. Jika kau rasa dunia selalu malam, bukankah ini semua adil untuk apa yang seharusnya terjadi. Tanpa malam, bagaimana kau menghargai pagi?
Aku harap kau merindukan pantai. Ia rindu sang penari yang selalu meninggalkan jejak pada pesisir pun gemulai memecah ombak sang lautan setiap senja memeluk. Tahukah betapa geram sang lautan, ketika kukabarkan tentang kau? Ia mencabik-cabik bengis pesisir, menyalahkan pasir yang melepas kakimu saat senja berlalu. Ombak kini telah menghabisi sebagian daripada pesisir.
Datanglah, Lika. Pesisir membutuhkanmu. Selamatkan ia dari bengisnya sang ombak lautan yang memecah setiap senja. Katakan pada sang penguasa lautan, bahwa kau telah kembali dan siap tuk menari saat senja menemani. Tarikanlah tarian surgawi yang menenangkan dengan cahayamu pada lautan yang dengki, agar semesta damai kembali.
Tertanda,
Sang Angin yang Merindukan Sang Penari.
Semesta adalah panggung untuk kau menari
Menarilah meski tiada seorangpun yang menemani
Kau adalah cahaya bagi semestamu
Kembalilah.
dedicated for @elwa_ The Soloist Danseuse
Oleh @iiTSibaranii
Diambil dari http://iitsibarani.wordpress.com
No comments:
Post a Comment