#30HariMenulisSuratCinta adalah proyek non komersil yang digagas untuk menggabungkan kesenangan menulis di twitter dan blog. Proyek belajar menulis bersama ini dilaksanakan setiap 14 Januari - 14 Februari setiap tahunnya. Ini adalah tahun ketiga pelaksanaan proyek menulis yang juga menjadi ajang silaturahmi dari blog ke blog.
04 February 2013
Cukup Baktimu Untukku Ibu Guru
Salam sejahtera untuk Ibu Winani,
Apa kabar Ibu?? Masih ingatkah padaku, murid yang kau anggap terpintar meski pendiam di kelasmu??
Aku adalah anak itu, yang tak pernah mau pindah tempat duduk. Aku selalu ada di baris ketiga sebelah selatan dekat peta Indonesia. Kaupun mengijinkan karena kau jadi bisa mengetahui gerak-gerikku, memastikan aku bisa mengikuti pelajaran meski selalu diam.
Sukar sekali untuk menghubungimu. Tidak, itu sepenuhnya salahku. Sejak sering berganti-ganti telepon genggam karena bisnisku semakin berkembang, nomor-nomor telepon orang tercecer hilang. Yang kini ada dalam kontakku hanyalah rekan bisnis, kolega besar, serta wanita-wanita cantik sebagai hiburan. Maka kuputuskan untuk menulis surat untukmu. Rasanya aku ingat kau pernah berkata tak akan pernah pindah dari rumah warisan ayah dan ibumu itu. Semoga saja benar.
Masihkah kau mengajar di sana, Ibu??
Dulu kau mengajarkanku banyak hal. Kalimat majemuk, Matematika dasar, nama-nama negara di Eropa dan ibukotanya, gerakan sholat yang benar, membaca Quran dengan tartil, dan masih banyak lagi. Namun tahukah bahwa ada satu pelajaran yang paling kuingat hingga sekarang?? Bukan Fisika, Matematika, atau PPKn, melainkan pelajaran kesehatan. Kau mengajarkan untuk selalu mencuci tangan agar terhindar dari kuman.
Itulah pelajaran yang kuserap dengan baik dan kujalankan hingga sekarang, Ibu. Kau ingat proyek pelebaran jalan yang melewati tanah adat sehingga terjadilah sengketa antar warga 3 tahun silam?? Atau kasus pengadaan material buruk untuk menekan biaya produksi pada pembangunan rumah susun yang berujung tragedi robohnya rumah itu meski tak ada gempa sekecil apapun?? Aku mencuci tanganku dari itu semua, Ibu. Aku selalu bersih, sedang tangan bawahan-bawahanku berkuman. Berkatmu aku sering muncul sebagai headline tabloid dan koran. Pengusaha sukses dalam umur kurang dari 40 tahun yang ikut menopang perekonomian negara. Dulu aku bangga. Dulu aku jumawa. Hingga kemudian aku tahu kebanggaan dan kejumawaanku fana.
Mungkin kini aku tahu, Ibu. Aku tahu kenapa Soe Hok Gie ingin mati muda. Agar tidak ada waktu untuk menyesali apa yang diperbuat saat kau masih hidup tapi tak lagi muda. Seperti keadaanku kini. Aku sudah tua. Masa remaja sudah lama kadaluarsa. Tubuh ini sudah semerbak bau tanah meski sudah kutimpali dengan Bvlgari yang tak murah.
Kini aku takut, Ibu. Aku takut balasan Tuhan karena masa muda yang tak arif ini. Aku takut Dia membawa-bawa kau serta dalam balasannya. Padahal itu semua adalah perbuatanku.
Aku mohon, Ibu. Berdoalah. Bilang padaNya bahwa kau tak ada sangkut pautnya dengan hidupku. Belalah dirimu.
Tak usah hiraukan aku. Tak usah, Ibu.
Oleh @ildesperados
Diambil dari http://abracupa.posterous.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment