Berkerut keningku saat sepucuk surat terkirim padaku melalui tukang posmu kemarin. Berdebar saat perlahan kubaca kala malam mulai menuju peraduannya, memeluk dinginnya Paris van Java. Saat itu ragaku sedang berkelana, mengunjungi suatu acara seorang kawan yang merayakan hari istimewanya. Maafku bila agak terlambat membaca suratmu ya :’)
Tak pernah terlintas dalam angan bahwa akan ada seseorang meluangkan waktu berharganya hanya demi sebuah catatan kecil yang mungkin tanpa arti. Coretan dari sebuah perenungan dan pemikiran yang memenuhi kepala dimana kadang tak mau mereka berhenti. Harmoni kata dari seorang penglihat kehidupan dengan manusia sebagai pelakonnya. Hanya ingin menuangkan saja. Tak berharap ada serangkai manusia yang membaca alih-alih terinspirasi. Jika memang begitu menurutmu, kuanggap sebagai sebuah apresiasi. Apresiasi yang meneduhkan kala ternyata sebuah tulisan menyentuh hati mereka yang meluangkan waktu untuk mata sekedar menatap dan membaca.
Gemetar bibirku dimana kaukatakan dalam suratmu bahwa kau mencintai suratku, mencintai kata-kata yang coba kuurai. Kalimat balas apa yang pantas kukirim padamu? Aku bukan siapa-siapa kau tahu pasti itu. Aku ini kecil tak lebih dari seujung kuku. Tak sanggup ku berekspektasi apalagi meminta ketulusan cintamu akan kata-kataku. Ada ragu bagaimana jika ada masa aku mengkhianati cintamu? Bagaimana jika buku-buku jariku mengkaku hingga tak sanggup lagi menulis kata yang kau cinta? Bagaimana jika hanya untuk menggenggam sebuah pena pun aku tak mampu? Sungguh tak ingin buatmu kecewa. Tak sanggup ku berjanji membalas cintamu dengan kesetiaan seperti itu. Hanya ada janji setiaku menulis dengan hati. Seperti janji baskara yang setia mengerling di timur langit pagi. Kau bacalah rasa yang coba kupahat dari dua puluh enam aksara ini. Dan mungkin bila nanti tak teradakan setiap hari, ketahuilah dalam hitungan hari saat ku terhenti aku akan selalu mengingatmu yang menunggu tulisanku.
Sang pengagum, semoga kita ada masa untuk berpapasan pada sebuah tikungan dan kau bisa menyapaku lebih dulu. Sehingga dapatlah kubalas sapamu itu bersama hangat jabat tangan sembari terucap sebuah nama dari bibir kita berdua. Salamku dari jauh.
Bandung, 3 Februari 2013
Dari aku,
Francessa
Ditulis oleh : @franc3ssa
Diambil dari http://justcallmefrancessa.wordpress.com
No comments:
Post a Comment