04 February 2013

Sahabat Segala Cuaca


Dear Ichaz,
Kangen ini meluap-luap seperti banjir yang tidak dapat ditampung sebuah tanggul. Apalagi ketika membuka lembaran-lembaran diary masa SMA kita. Diary sederhana dengan tulisan-tulisan tangan, segenap warna bermain di dalamnya.

Chaz, 
Diary itu bertahan hingga tahunan, tak juga lapuk dalam ingatan. Masa-masa sekolah kita yang indah dan pedih terangkum menjadi semacam buku sejarah. Setiap kali membacanya, aku akan tergelak sendirian. Kau tentu ingat, betapa kita adalah gadis-gadis bau kencur yang baru mengenal cinta.

Masih ingat si jangkung? Si kacamata? Si-si-si, banyak lagi lainnya. Kita itu unik ya, menuliskan seseorang tanpa menyebutkan namanya dengan jelas. Aku bahkan sama sekali lupa beberapa orang yang kita beri julukan. Jadinya, si-si-si-siapa ya? Hehehehe….

Chaz,
Sejak kepulanganmu ke Indonesia, kita belum sempat bertemu. Padahal kita berada pada negara yang sama. Satu tanah yang tak terpisah. Meski kau di Jakarta dan aku di Bandung. Seharusnya tidak ada kendala yang begitu berarti untuk bertemu. Tidak seperti ketika kau ada di Jepang. Mari bertemu, Chaz, secepatnya!

Chaz,
Bagaiamana kerjaanmu di Jakarta? Lancar kah? Aku selalu berdoa untuk keberhasilanmu. Pekerjaan dan kisah cintamu. Semoga persiapan pernikahan tidak mengalami kesulitan, ya.

Aku tidak keberatan kau menikah duluan. Nanti aku menyusul. Apalagi kau menunjukku untuk mengurusi pernikahan itu. sebuah kebanggaan tersendiri. Aku suka kekasihmu yang baik hati itu. Aku sudah mengenalkan sosok pacarku, kah?

Chaz,
Aku rindu berkirim surat denganmu. Kau adalah diaryku selama ini. Apalah arti diary kertas dan elektronik? Mereka sama-sama menyimpan cerita kita. Kapan terakhir kau kirim surat padaku? Aku kehilangan banyak  tentang hidupmu. Seperti waktu sekolah dulu, aku sering meninggalkanmu duduk sendirian karena kebanyakan dispensasi. Kini aku merasakan kesepian yang serupa.

Chaz,
Ada banyak kenangan yang mengikat kita. Tetapi kadang, aku tetap ingin menjadi bagian kekinian dan masa depanmu. Alangkah sulit menemukan sosok sahabat yang begitu tulus. Aku tidak mengerti, kenapa sahabat perempuan seringkali menyimpan persaingan. Aku dan kamu tidak begitu. Kita sama-sama bahagia untuk yang lain.

Aku bahagia atas kebahagiaanmu. Atas semua pencapaianmu. Atas semua kelebihanmu. Dan tidak sedikitpun iri terselip di dalamnya. Apakah karena kita tidak memilih dunia yang sama? Tidak juga begitu, ketika aku pada akhirnya mempelajari desain, kau dengan sabar mengajariku.

Aku tidak mengerti apa yang berbeda denganmu. Kita tidak memiliki aura kompetitif. Kita senantiasa bergandengan tangan. Kau adalah sahabat segala cuaca (kuambil istilah itu dari sebuah buku berjudul Pesta Para Janda). Ya, kau adalah sahabat segala cuacaku. Apakah kau merasakan hal yang sama?

Jarak dan waktu tidak membuat pikiranku berubah bahwa kau adalah seorang sahabat. Tidak juga keberadaan yang kita lewatkan ketika bertumbuh. Kau selalu memiliki peran dalam pendewasaanku.

Chaz,
Apa yang bisa kutulis untuk memaparkan rasa rindu ini? Apa yang bisa kutulis untuk meluapkan segala rasa kehilangan ini?

Peluk Cium,
Dari sahabatmu


Ditulis oleh : @EviSriRezeki untuk @chazky 
Diambil dari http://myfairytalemytale.blogspot.com

No comments:

Post a Comment