Dear,
well kakak, suaramu sungguh menggodaku. Suara yang membuat hati ini terhanyut dalam ceritamu. Suara dan desahanmu begitu mendayu-dayu. Aku sangat suka mendengarkannya, khusuk. Sekarang sering menjadi teman di dalam perjalananku. Terasa nyaman masuk kedalam kalbu menghayati setiap kata yang keluar dari bibirmu.
Juga kurasakan syahdu akustik petikan gitar yang mengiringimu, kudengarkan di saat-saat waktu sunyi seperti sekarang ini, waktu menjelang tidurku. Suaramu menusuk memaksa hati ini untuk membayangkan hal-hal yang pernah terjadi dalam hidupku.
Kakak, kebanyakan lagunya bertema sendu ya… putus, selingkuh, mencoba move on. Atau apakah semuanya begitu?
Itukan tema lagu yang bisa bikin kita malah sulit move on.
Terhanyut dalam logika bait lagumu, ya membuat diri ini terombang-ambing sekarang, karena kisah masa lalu kini teringat kembali.
Kamu telah menarik pusaran kosong alam pikiranku ke pergolakan cerita lamaku dulu.
“Bagaimana mungkin kamu tak akan segera menangis
Sepertimulah langit kini
Tertunduk pilu dalam mendung”
Kakak, mataku berkaca-kaca sekarang. Aku mengingatnya sekarang. Mana sekarang aku mengintip dari pintu jendela kamar, diluar sana mendung, laut beriak-riak tak menentu bagai mengerti kondisi hatiku sekarang ini. Dia selalu ada di sana, dalam ruang hatiku untuk selamanya.
Tapi sudahlah ya, aku membuat surat ini bukan untuk dirinya. Aku buat surat ini untuk kakak. Sorry aku hanya terhanyut dengan suasana yang kakak timbulkan sekarang.
Kakak tetap semangat ya, terus berkarya.
Kakak petugas posku yang baik hati dan tidak sombong. Yang begitu baik ngengomentarin setiap mention yang masuk…
Ada ya yang seperti kakak ckckck
Sekian surat ini aku buat hanya untuk kakak seorang.
Salam dari pinggir laut,
Aku
Di bibir pantai
oleh @tdsamudra untuk @ikavuje
diambil dari https://awankuputih.wordpress.com
No comments:
Post a Comment