Selamat sore, teteh
Semoga datangnya surat kali ini nggak merusak hari-hari teteh yang kelihatannya sedang berbahagia.
Sebelumnya, walaupun sangat terlambat—mengingat mungkin sudah setahun berlalu perayaannya, saya tetap pengen ngucapin, selamat atas pernikahannya teh. Segala doa saya panjatkan agar keluarga baru yang teteh bangun saat ini menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warrohmah. Ah, selamat juga atas kehamilan bayi pertamanya. Semoga menjadi anak yang soleh dan penolong bagi kedua orang tuanya. Semoga pintu rezeki terus dibukakan untuk keluarga teteh. Aamin untuk semua hal tadi.
Kemudian, saya mau menyampaikan maaf. Karena nggak datang ke acara bahagia itu. Selain saya saat itu sedang berada di luar kota, saya juga masih nggak berani dan nggak tau bagaimana harus menghadapi teteh, menghadapi keluarga teteh, terutama menghadapi adik teteh terkait masa lalu kita semua. Saya benar-benar ingin bertemu teteh secara personal, teteh pastilah sangat cantik hari itu. Saya ingin sekali berfoto di pelaminan bersama teteh dan suaminya, mengucapkan selamat sambil memeluk teteh dengan binar bahagia, tapi saya rasa saya masih belum mampu. Bahkan saya nggak berani menyebut nama teteh dalam surat ini. Ya, sebutlah ini kalah sebelum berperang walaupun nggak ada yang ngajak perang. saya memang sepengecut itu.
Terus, saya juga agak ragu apakah saat itu teteh beneran mengundang saya karena undangan saya terima berupa undangan yang nggak formal. Hehe. Lagian, siapa lah saya. Maaf kalau saya terlalu lancang dan GR sampai sampai saya menulis surat ini. Maaf kalau menimbulkan ketidak nyamanan dan pemikiran hah-apa-banget-sih-nih-orang di benak teteh.
Dan saya ingin sekali menyampaikan terima kasih atas nasehat dan kenangan yang dulu teteh pernah berikan ke saya. Walaupun kita nggak pernah ketemu secara personal, saya tau tentu teteh adalah sosok yang baik hati dan menyenangkan yang sangat sayang sama keluarganya. Terima kasih pula atas sebaris ‘apa kabar’ yang saya yakin teteh tuliskan dalam rangka menyambung tali silaturahim. Walaupun mungkin teteh nggak paham, sebaris singkat yang teteh tulis tersebut mampu membuat seseorang merasa sangat bersalah. Oleh karenanya, surat ini datang untuk membebaskan rasa bersalah tersebut.
Sudah dulu ya teh. Maaf kalau terkesan basa basi. Tapi sungguh surat ini saya tulis dengan tulus. Terima kasih juga kalau teteh sudah menyempatkan membaca surat ini. Maaf kalau ada kata-kata yang tidak berkenan.
Sampaikan salam terhangat dari saya untuk keluarga teteh,
Best regards,
-FIKA-
Ditulis oleh : @fkrdp
Diambil dari http://fikarachmadianputri.blogspot.com
No comments:
Post a Comment