29 January 2013

Rima


Hai kamu,

Lama aku tak menyapamu, wahai kamu yang membenci rima berikut pecintanya, aku.

Berapa panjang waktu yang telah membuat aku dan kamu saling diam? Berapa tinggi tembok yang sengaja kita bagun untuk saling sembunyi?

Bagaimana? Masihkah kamu membenci rima seperti dulu, meski tak ada aku di situ. Atau, kamu tak lagi menyebut rima sebagai karya yang menyimpan dusta. Ahh.. sebab apa ya kira-kira?

Aku tak lagi mau mendebatnya. Aku biarkan kamu menikmati segala kesalmu yang mungkin saja memang sudah menjadi pilihanmu. Sama seperti aku, yang tetap saja bertahan untuk mencintai rima, bagaimana pun katamu.

Sayangnya, kadang aku merindumu. Mencaci maki rima. Itu membuat aku semakin mencintainya, rima. Aku tak rela melepasnya barang sejenak. Aku tak ingin kami berjarak.

Kamu, apakah merindu mencaci maki “aku”? Rindukah kamu membaca “aku”?

Iya… lama kita tak berjumpa di ruang aksara. Menghirupi udara yang menyusupi setiap kata. Mungkin nanti tanpa sengaja aku mendapati rima diantara belantara kata yang kamu punya. Mungkin. Ia yang akan ada dalam sembunyimu 

Aku,

pecinta rima selamanya


Oleh: @wulanparker
Diambil dari http://lunastory.wordpress.com

No comments:

Post a Comment