29 January 2013

Selamat Panjang Umur, Ayah


Dear, Ayah.

“Selamat panjang umur, Ayah”

Maaf baru sempat mengucapkannya. Bukan bermaksud untuk melupakan hari kelahiranmu. Tapi, kebetulan di tempat kostku yang sekarang tidak memiliki kalender untuk diletakkan dikamar. Kalender di kota mungkin telah berubah menjadi barang mewah. Barang mewah bagi kami mahasiswa perantauan.

Bagaimana kabarmu, Ayah? Anakmu kabarnya disini baik-baik saja, allhamdulillah. Di ulang tahun Ayah yang ke 60 ini ada hadiah menarik yang mungkin bisa ku berikan. Di dalam amplop surat ini kulampirkan pula undangan wisuda untuk minggu depan. Ini undangan wisudaku, Ayah. Undangan yang telah ditunggu selama 4 tahun masa pendidikanku di Fakultas Sastra ini. Undangan yang didapatkan dengan tabungan keluarga untuk membiayai kuliahku. Entah sudah habis berapa banyak dirimu untuk pendidikanku ini. Bisakah nanti kukembalikan semua nominal yang kau keluarkan? Jika tidak, bagaimana caraku untuk menggantikannya?

Terima kasih Ayah, telah menghabiskan sebagian waktu untuk bekerja dan menyisihkan penghasilanmu untuk pendidikanku. Pekerjaanmu sebagai guru mungkin tidak seberapa untuk menghidupi keluarga kita. Tapi, kau masih berusaha untuk membekaliku dengan pendidikan yang tinggi. “pendidikanmu harus melebihi pendidikanku”, katamu. Setelah ku menjadi sarjana, sekarang tugasku untuk menggantikanmu menjadi tulang punggung, menjadi laki-laki yang bertanggung jawab bagi keluarga dan menjadi sosokmu yang bijaksana.

Terima kasih, Ayah.

Tertanda
Sarjana Muda

Ditulis oleh : @dimasprakosooo
Diambil dari http://melancholyholic.com

No comments:

Post a Comment