Aku yakin engkau diturunkan ke dunia bukan karena berbuat salah seperti Adam dan Hawa, kan? Aku tahu Tuhan berikan kau tugas untuk kau selesaikan. Kudengar tugas yang Tuhan berikan terlampau berat, tapi mengapa masih saja dengan rela kau kerjakan? Mungkin cinta alasan utamamu. Aku tahu seberapa berat kau telah berjuang menyelesaikan tugas yang kau emban.
Kau tahu, semalam, diam-diam kupandangi wajah letihmu. Guratan lelah dengan kerutan pada keningmu menambah bukti seberapa keras kau telah berjuang. Gemetar tanganku ketika kau pinta aku cabuti rambut-rambut putihmu. Ah, satu lagi tanda bahwa waktu telah menuakanmu. Satu per satu mereka kubuat pergi dari kepalamu, membiarkan hanya yang hitam yang tersisa. Setelah ini, masih saja kau ingin terlihat muda, ya?
Ah, Ayah, apa yang selama ini telah kau lakukan hingga wajahmu terlihat terlalu lelah? Sekeras itukah kau telah berjuang? Terlihat kini tangan-tanganmu tak lagi sekuat dulu. Pun langkah kakimu tak lagi setegas dulu. Meski dengan jelas aku lihat semangatmu masih tetap sama.
Ayah, sebagai salah satu saksi hidup atas usahamu melewati cobaan Tuhan, kuberikan setinggi-tingginya rasa hormat kepadamu. Kuserahkan beribu-ribu cinta dan terima kasih untukmu. Aku tahu seberapa keras kau telah berusaha.
Ayah, semenjak aku kecil, kau telah berikan beribu-ribu bekal untukku menghadapi duniaku kelak. Kau ajarkan aku bagaimana berjuang dalam keputusasaan. Mereka bilang, pengalaman adalah guru terbaik, tapi, Ayah, menurutku tidak juga. Untukku, kau guru terbaik.
Ayah, berkali-kali kau katakan padaku bahwa ada hikmah di setiap kejadian. Berkali-kali kau katakan bahwa Tuhan selalu punya rencana terbaik. Kau tahu, Ayah, kata-katamu selalu menjadi prinsipku, bagaimana aku berpengangan pada setiap terpaan yang coba Tuhan berikan. Satu lagi, Ayah, terima kasih untuk selalu mendorongku dalam menggapai mimpi. Aku tak akan menjadi aku tanpa adanya dirimu.
Ayah, demi Tuhan, jangan pergi terlalu cepat. Kau harus tetap ada hingga nanti kan aku miliki dia yang kau anggap mampu menjagaku seperti yang telah kau lakukan. Jangan pergi hingga beribu-ribu tahun lagi, Ayah. Kau harus melihat malaikat-malaikat kecilku kelak. Biarkan mereka yang nanti akan cabuti rambut-rambut putihmu. Biarkan mereka rasakan seberapa beruntungnya aku memilikimu.
Palembang, 28 Januari 2013
Putri Kecilmu,
Della
Ditulis oleh : @dellannissah
Diambil dari http://dnurannissah.blogspot.com
No comments:
Post a Comment