Ketika memang diri sudah jauh dari ambang batas kesabaran, ketika usaha terus dilakukan tanpa henti, ketika air mata yang benar-benar setia menjadi teman, saat itu semua, saat aku meyakinkan hatimu yang kokoh, bu.
Tak biasanya kau sekeras hati, Seperti sekarang. Sudah berulang kali aku meyakinkanmu bu, bahwa aku sangat baik dengan dia yang sekarang membuat hatiku jauh lebih senang. Bukan bu, bukan dia yang kau maksud yang lebih baik.
Perbincangan yang selalu menjadi hal paling memuakan, pertanyaan yang terlontar yang tak sama sekali aku sukai, ketika kau sedikitnya membuka celah untuk bertanya tentang dia yang lalu, yang memang sudah benar-benar tak ingin lagi aku bahas keberadaannya. Namun, sepertinya, dia yang kemarin sangat membekas bu, di otak dan hatimu. Kau fikir dia yang kemarin lebih baik, lebih membuatku bahagia. Sekuat hati, setenang fikiran, sesabar cara untuk meyakinkanmu, menceritakan dia yang sekarang membuatku bahagia, memberi tahu, sedikit pun tak kau hiraukan aku.
Sakit yang tertahan, sabar yang selalu dihadirkan di setiap keadaan, menjaga ketenangan hati, dibalut kasih sayang serta kekuatan dari dia yang membuatku sangat mampu untuk terus meyakinkanmu dan mendapat perhatian sedikitnya darimu bu, untuk hubanganku dengan dia yang sekarang.
Percaya selalu kepada Tuhan, tak hentinya aku berdoa untuk hal ini. Iya, masalah ini hanya masalah cinta. Sebenarnya masih banyak hal yang lain yang musti difikirkan. Tapi untuk kebahagiaan hati, aku lebih rela untuk memperjuangkan hal ini. Ya, dia sangat cukup membahagiakan hati.
Bu, sudah berapa kali aku menceritakan tentang dia yang membahagiakanku kepadamu bu? Ini sedikitnya wajah lelaki yang sudah kau kenali dari lalu Bu. :’)
Tak biasanya kau sekeras hati, Seperti sekarang. Sudah berulang kali aku meyakinkanmu bu, bahwa aku sangat baik dengan dia yang sekarang membuat hatiku jauh lebih senang. Bukan bu, bukan dia yang kau maksud yang lebih baik.
Perbincangan yang selalu menjadi hal paling memuakan, pertanyaan yang terlontar yang tak sama sekali aku sukai, ketika kau sedikitnya membuka celah untuk bertanya tentang dia yang lalu, yang memang sudah benar-benar tak ingin lagi aku bahas keberadaannya. Namun, sepertinya, dia yang kemarin sangat membekas bu, di otak dan hatimu. Kau fikir dia yang kemarin lebih baik, lebih membuatku bahagia. Sekuat hati, setenang fikiran, sesabar cara untuk meyakinkanmu, menceritakan dia yang sekarang membuatku bahagia, memberi tahu, sedikit pun tak kau hiraukan aku.
Sakit yang tertahan, sabar yang selalu dihadirkan di setiap keadaan, menjaga ketenangan hati, dibalut kasih sayang serta kekuatan dari dia yang membuatku sangat mampu untuk terus meyakinkanmu dan mendapat perhatian sedikitnya darimu bu, untuk hubanganku dengan dia yang sekarang.
Percaya selalu kepada Tuhan, tak hentinya aku berdoa untuk hal ini. Iya, masalah ini hanya masalah cinta. Sebenarnya masih banyak hal yang lain yang musti difikirkan. Tapi untuk kebahagiaan hati, aku lebih rela untuk memperjuangkan hal ini. Ya, dia sangat cukup membahagiakan hati.
Bu, sudah berapa kali aku menceritakan tentang dia yang membahagiakanku kepadamu bu? Ini sedikitnya wajah lelaki yang sudah kau kenali dari lalu Bu. :’)
Sudah sering bukan aku menceritakan tentangnya? Dari aku tersenyum disertai antusiasme menceritakan kehadiran dan keberadaannya, sampai saat ini pada akhirnya aku harus memohon kesadaranmu dan sedikit hatimu untuk menerima keberadaannya. Bu, sudah..Bu. Bukan dia yang dulu yang terbaik. Lihat bu, lihat. Anakmu kini sudah bersama orang yang Insha Allah aku berani menjanjikan bahwa dia tak akan lebih bisa buatku terpuruk. Bu, aku diberinya bahagia. Kecil. Tak berupa benda atau penarik penawar hati berupa harta. Dia berbeda. Dia bawakan Aku tawa serta canda setiap harinya. Kasihnya serta kelembutan nya, buatku merasa nyaman serta terjaga Bu. Bukan bu.. bukan dia, Bukan dia yang kau yakinkan yang lebih baik untuku. Bukan lagi yang kemarin Bu.
Bu, izinkan aku bu, menikmati keindahan dengan caraku. Bukan yang dengan menurutmu baik. Aku yakin Ibu sudah tau sekali, aku ini sudah dewasa bukan? Izinkan aku memilih, bu.
Bu, aku mohon. Dia yang kemarin tak lebih baik untukku. Batinku sedikit terasah oleh keegoisan. Ber-adu bak batu. Tak saling mengalah. Entah, Aku malas menceritakan buruknya yang lalu. Tak perlu kubahas bu. Tapi cukup Kau berikan aku kepercayaan bu, dan dengan segala Ridho serta keikhlasan mu Bu, izinkan aku dengan dia yang sekarang. Bukan bu…bukan dia lagi, yang dulu.
Atas segala hormat dan baktiku untukmu, bu. Untuk kebahagian hidupku, diluar dari kebahagiaan yang kau berikan, aku meminta izin, untuk memperjuangkan hubungan serta dia yang membuatku bahagia.
Dengan segala doa, serta usaha.. semoga Ibu terbuka dan menerima hubungan Kami.
Salam Sayang untuk Wanita paruh bayaku, untukmu..Ibu.
Bu, izinkan aku bu, menikmati keindahan dengan caraku. Bukan yang dengan menurutmu baik. Aku yakin Ibu sudah tau sekali, aku ini sudah dewasa bukan? Izinkan aku memilih, bu.
Bu, aku mohon. Dia yang kemarin tak lebih baik untukku. Batinku sedikit terasah oleh keegoisan. Ber-adu bak batu. Tak saling mengalah. Entah, Aku malas menceritakan buruknya yang lalu. Tak perlu kubahas bu. Tapi cukup Kau berikan aku kepercayaan bu, dan dengan segala Ridho serta keikhlasan mu Bu, izinkan aku dengan dia yang sekarang. Bukan bu…bukan dia lagi, yang dulu.
Atas segala hormat dan baktiku untukmu, bu. Untuk kebahagian hidupku, diluar dari kebahagiaan yang kau berikan, aku meminta izin, untuk memperjuangkan hubungan serta dia yang membuatku bahagia.
Dengan segala doa, serta usaha.. semoga Ibu terbuka dan menerima hubungan Kami.
Salam Sayang untuk Wanita paruh bayaku, untukmu..Ibu.
oleh @tiwi__
diambil dari http://hellofiercegirl.tumblr.com
No comments:
Post a Comment