29 January 2013

Untuk Gadis Paling Ceria yang Pernah Kutemui


Bandung, 28 Januari 2013

Kepada Andica Titis Sofie Nendea — gadis manis yang luar biasa menyenangkan.

Dear Cacha, surat ini memang ditulis untuk memenuhi kebutuhanku yang terus haus akan menulis, dan pagi ini, tiba-tiba terlintas untuk menulis surat untukmu. Kaget ngga, mendapat surat dariku? Ah tapi aku yakin kamu bahkan tak akan menemukan surat ini, makanya aku berani menulis namamu secara lengkap :)

Dear Cacha, apa kabarmu? Terakhir yang kulihat dari status BBM kamu, katanya sedang tidak enak badan? Semoga hari ini sudah membaik, ya, jangan lupa jaga kesehatanmu.

Dear Cacha, sudah lama kita tak bertemu ya? Dulu, jika aku pulang ke Bogor, pasti kusempatkan untuk bertemu denganmu. Eh, jangan salah paham dulu, kali ini bukannya aku tak sempat menemui kamu, banyak urusan yang masih harus diselesaikan di Bandung, bahkan untuk ke Bogor pun aku tak sempat, Cha. Padahal kangen deh, dengerin cerita kamu tentang manis-pahitnya masa putih abu. Gimana sekolahnya? Apa kamu sudah mengiyakan pernyataanku tentang betapa indahnya masa putih abu? Kalau belum, aku yakin kamu cuma belum tersadar saja, tenang ya. Masa-masa ini adalah masa yang paling kamu rindukan beberapa tahun lagi, nikmatilah :)

Dear Cacha, aku juga kangen mendengar ceritamu mengenai salah satu boyband ternama di negeri ini, masih suka sama SM*SH kan, kamu? Aku baru sadar pas kemarin aku lihat di televisi, ketika Morgan kecelakaan tunggal, ternyata dia memang ganteng ya, Cha.. Terus, kalo sama Bang Raditya Dika, masih nge-fans ngga? Anyway, novel Manusia Setengah Salmon karyanya masih disimpan di rak belajarku di Bandung, loh. Akan aku kembalikan secepatnya, ya.

Dear Cacha, apa kabar Mama? Abah? Dhea? Sarah? Semoga mereka selalu dilindungi Allah, ya.. Kalau kakak laki-lakimu yang satu itu, ah tak perlu kusebutkan namanya kan? Bagaimana kabarnya, Cha? Apa dia masih sering berbuat iseng padamu, seperti menggelitiki badanmu hingga kamu hampir menangis? Aku ingat dulu dia sering bercerita tentangmu, lengkap dengan keisengan yang dia lakukan padamu. Ah, pokoknya percaya sama aku ya, yang terpenting dia menyayangimu sepenuh hatinya. 

Dear Cacha, apa dia pernah bercerita sesuatu tentangku? Atau mengenai cerita kami yang kali ini sudah berbeda peran? Hahaha tenang saja, keadaanku baik, dan sepertinya dia oun baik-baik saja. Jika kamu bertanya tentang cerita kami yang kemarin, mungkin kami memang sama-sama lelah, Cha. Lelah untuk bertahan, juga lelah untuk mencoba. Ah sudahlah, jangan sampai aku malah curhat colongan di surat ini. But actually, I’m just pretty curious, did I ever cross his mind? Pertanyaan-pertanyaan tadi cuma kalimat tanya retoris, Cha. Tidak usah kamu tanyakan dan kamu pikirkan jawabannya, ya. 

Dear Cacha, sepertinya kamu mulai lelah membaca suratku yang tak berinti ini, maka sebaiknya aku sudahi surat ini. Kamu baik-baik disana ya, kalau kamu mau bercerita — mengenai apapun, jangan sungkan menghubungiku ya. Oh iya, inget ya sayang, terkadang yang mendewasakan diri kita itu memang keadaan, Cha. Tapi biar saja kamu dewasa karena kebijakan waktu yang mengaturnya, bukan karena kekuasaannya. :)

Dear Cacha, semoga kelak kita bisa duduk lagi di Sop Buah Pak Ewok sambil bercerita dan tertawa bersama, ya.

Peluk jauh,

Aku.


Oleh: @waktuhujansore
Diambil dari http://spidolungu.tumblr.com

No comments:

Post a Comment