Hai para suami, kutulis surat ini atas permintaan para istri yang jauh di sini. Dari para istri yang berkisah kepadaku. Tentang besarnya kekhawatiran mereka akan kesehatan kalian. Dimana kemandirian mereka diuji untuk selalu siaga melakukan pekerjaan rumah tangga sekaligus pemimpin anak-anak kalian. Saat harus menutupi air mata kerinduan yang membuncah tak tertahankan. Ketika kepeduliannya kalian salah tafsirkan sebagai bentuk pengekangan. Sewaktu malam merindukan rengkuh peluk hangat kalian semalaman. Kala kecup kening kalian padanya adalah sesuatu yang lebih berharga dibanding setumpuk harta. Adakah kalian merasa hal yang sama?
Hai para suami, kutulis surat ini atas permintan para istri yang jauh di sini.Tahukah kalian dia menanti kapan kalian membawanya? Mengertikah kalian perasaan kesalnya saat tak kau angkat telepon atau pesan yang terbalas lama? Sadarkah kalian senyumnya selalu terkembang demi menenangkan kecemasan kalian meski kadang hati tak dapat dusta? Terpikirkankah kalian kepercayaannya beratus-ratus kali lipat demi sebuah kisah kesetiaan dan kasih tak terhingga? Adakah kalian merasa hal yang sama?
Hai para suami, kutulis surat ini atas permintaan para istri yang jauh di sini. Terenyuhku di sini saat melihat mata mereka yang kadang berkaca-kaca kecewa. Tak pernah terlupa iringan irama lantunan pengharapan pada setiap doa terbata-bata. Dan kulihat rona pipi merah muda saat mendapat kabar kedatangan kunjungan kalian yang mungkin hanya seuntara. Adakah kalian merasa hal yang sama?
Hai para suami, kutulis surat ini atas permintaan para istri yang jauh di sini. Kasihilah sepenuh hati separuhmu itu. Karena kalian bukan lagi dua melainkan satu.
Jakarta, 28 Januari 2013
Dari aku,
Penyampai pesan para istri
Ditulis oleh : @franc3ssa
Diambil dari http://justcallmefrancessa.wordpress.com
ow so sweet
ReplyDeleteTak akan ada cinta yang lain
ReplyDelete