Derai Agustus
Derai Agustus, sepi tanpa putus.
Dimana kamu Johanus, padamu kutitipkan sebagian nafasku.
Kecup basah, dekapan erat, bisikan lembut di telinga.
Aku mencintaimu, sungguh.
Lalat pun berdekapan, Johanus. Maka sudah sewajarnyalah kita bersama.
Tak lain tak bukan, selalu demikian, berpanjangan.
Gelap di luaran, Johanus. Pada saat demikian, betapa perlindunganmu kuharap.
Peluk ketat, ciuman hangat. Air mataku membasahi ubin, sudah.
Hujan turun satu-satu, gelisah terasa, berapa kali aku harus memanggilmu,
Hadirlah, Johanus. Hadir disini.
Ceritakan padaku, tentang segala yang membuatmu tertawa di luar sana.
Gelakmu indah, Johanus. Ingin aku menyumpal mulutmu lekas dengan bibirku.
Kutelan gelakmu, dan kuperdengarkan saat rindu mulai menguap lewat kepalaku.
Duhai Johanus, jika kelak kita berjumpa, ingatkan aku untuk mengambil sebagian nafas yang kutitipkan, dulu.
Sesak aku, tanpamu.
/untukmu johanus, derai agustus berlagu
------
Derai Agustus, sepi tanpa putus.
Dimana kamu Johanus, padamu kutitipkan sebagian nafasku.
Kecup basah, dekapan erat, bisikan lembut di telinga.
Aku mencintaimu, sungguh.
Lalat pun berdekapan, Johanus. Maka sudah sewajarnyalah kita bersama.
Tak lain tak bukan, selalu demikian, berpanjangan.
Gelap di luaran, Johanus. Pada saat demikian, betapa perlindunganmu kuharap.
Peluk ketat, ciuman hangat. Air mataku membasahi ubin, sudah.
Hujan turun satu-satu, gelisah terasa, berapa kali aku harus memanggilmu,
Hadirlah, Johanus. Hadir disini.
Ceritakan padaku, tentang segala yang membuatmu tertawa di luar sana.
Gelakmu indah, Johanus. Ingin aku menyumpal mulutmu lekas dengan bibirku.
Kutelan gelakmu, dan kuperdengarkan saat rindu mulai menguap lewat kepalaku.
Duhai Johanus, jika kelak kita berjumpa, ingatkan aku untuk mengambil sebagian nafas yang kutitipkan, dulu.
Sesak aku, tanpamu.
/untukmu johanus, derai agustus berlagu
------
No comments:
Post a Comment