Ketika Kita Memutar Kembali.
Kepada kamu, @heysadewo. Semoga engkau sempat untuk membaca surat ini.
Begitu cepat waktu berlalu, ya? Andai saat itu kita diberi kesempatan satu jam saja duduk berdua, kemudian memutar kembali adegan demi adegan dimana tawa masih berpihak pada kita.
Aku ingat waktu itu kau selalu menghujaniku dengan kalimat cinta. Membawa kita terbang, menyenangkan.
Tak jarang pula cerita kita diterpa tangis dan amarah. Tapi aku selalu ingat untuk tetap kuat, melihat kau kuat menjagaku itu lebih dari cukup.
Tidak ingatkah kamu waktu itu kamu memeluk dan mengusap air mataku? Kamu pernah merangkul ku di bawah bulan merah purnama. Sambil melihatmu tertidur pulas dipangkuanku sambil ku ucap harapan yang kubisikan ditelingamu. Waktu kau menjadi imam shalatku, aku sempat menangis di kala doa, mencium tanganmu. Bahagia itu sederhana, ya.
Aku bukan ingin menyesali semua. Aku hanya sedang membuka kotak nostalgia, mengajak kau mengingat.
Aku pernah bertanya padamu, 'Apa salah jika aku terlalu mencinta? Cinta mati?'.'Tidak, tak ada yg salah dengan cinta mati. Hanya caranya yang tak tepat'
Aku pernah bertanya, 'Apa salah jika aku menunggumu?' 'Tidak, tak ada yang salah. Hanya aku tak bisa berjanji'
Kini aku mencerna baik-baik arti dari jawabanmu.
Maaf, jika terlalu tulus aku mencinta. Maafkan aku yang berlebihan.
Surat ini ku tulis, sambil mengenang sambil mencoba menampar diridengan realita.
Kau tak lagi cinta. Kau ingin meraih bahagiamu.
Semoga kau baik-baik saja. Maaf membuatmu mengenang. Maaf aku yang tak cukup kuat.
Terimakasih untuk segalanya, ya. Jangan membenci aku. Aku mohon.
Tertanda, aku.
Kepada kamu, @heysadewo. Semoga engkau sempat untuk membaca surat ini.
Begitu cepat waktu berlalu, ya? Andai saat itu kita diberi kesempatan satu jam saja duduk berdua, kemudian memutar kembali adegan demi adegan dimana tawa masih berpihak pada kita.
Aku ingat waktu itu kau selalu menghujaniku dengan kalimat cinta. Membawa kita terbang, menyenangkan.
Tak jarang pula cerita kita diterpa tangis dan amarah. Tapi aku selalu ingat untuk tetap kuat, melihat kau kuat menjagaku itu lebih dari cukup.
Tidak ingatkah kamu waktu itu kamu memeluk dan mengusap air mataku? Kamu pernah merangkul ku di bawah bulan merah purnama. Sambil melihatmu tertidur pulas dipangkuanku sambil ku ucap harapan yang kubisikan ditelingamu. Waktu kau menjadi imam shalatku, aku sempat menangis di kala doa, mencium tanganmu. Bahagia itu sederhana, ya.
Aku bukan ingin menyesali semua. Aku hanya sedang membuka kotak nostalgia, mengajak kau mengingat.
Aku pernah bertanya padamu, 'Apa salah jika aku terlalu mencinta? Cinta mati?'.'Tidak, tak ada yg salah dengan cinta mati. Hanya caranya yang tak tepat'
Aku pernah bertanya, 'Apa salah jika aku menunggumu?' 'Tidak, tak ada yang salah. Hanya aku tak bisa berjanji'
Kini aku mencerna baik-baik arti dari jawabanmu.
Maaf, jika terlalu tulus aku mencinta. Maafkan aku yang berlebihan.
Surat ini ku tulis, sambil mengenang sambil mencoba menampar diridengan realita.
Kau tak lagi cinta. Kau ingin meraih bahagiamu.
Semoga kau baik-baik saja. Maaf membuatmu mengenang. Maaf aku yang tak cukup kuat.
Terimakasih untuk segalanya, ya. Jangan membenci aku. Aku mohon.
Tertanda, aku.
No comments:
Post a Comment