Kepada @noiirio @iwaaaaan yang selalu membuat saya terpacu untuk menulis lebih giat..
Hey, apa kabar kalian?
Senang rasanya bagi saya bisa menuliskan sesuatu untuk kalian. Bukan, ini bukan puisi atau sajak yang biasa kita pamerkan di Timeline Twitter. Ini—anggap saja—surat cinta saya tulis untuk kalian.
Saya sangat berterima kasih kepada kalian. Karena kalian, Timeline Twitter saya menjadi berwarna.
Kadang penuh dengan sajak dan puisi, kadang pula penuh dengan kata-kata aneh yang saya takmengerti “berserakan” dengan begitu bebasnya. Tak apa, namanya juga manusia. Kan kita bukanmesin yang selalu mampu untuk menulis sajak atau puisi setiap waktu, bukan?
Saya jadi ingat, bahwa kita belum pernah saling bertemu. Saya juga ingat saat pertama kita saling kenal. Kita terdampar dalam wadah #puisimalam yang diadakan salah satu akun self-publishingterkenal. Sungguh pertemuan yang sangat mengesankan menurut saya.
Sebelumnya, saya juga ingin menceritakan kejadian unik yang menimpa diri saya. Sejujurnya, pertama kali saya melihat akun Mba Ine (@noiirio) adalah seorang perempuan muda Milanisti yang unyu-unyu gimana gitu. Akhirnya saya dengan senang hati menekan tombol follow. Ternyata,selidik punya selidik, Mba Ine ini sudah mempunyai tiga orang anak. Hahahaha. Saya tak menyangka sebelumnya.
Lalu kemudian Mba Ine merekomendasikan saya untuk mem-follow Iwan. Dan, entah kenapa pula saya dengan sadarnya menekan tombol durjana itu untuk Iwan. Hahahaha. Ternyata, semeseta memang mempunyai caranya untuk mempertemukan kita, ya.. #tsah
Saya menganggap kalian lebih dari sekedar teman di Twitter. Tapi telah saya anggap sebagai keluarga saya. Yaaa, memang saya yang paling muda jika dilihat dari umur, tapi bukan dengan itu pertimbangan yang membuat saya menjadikan kalian sebagai keluarga (jauh) saya. Lebih karena keakraban yang timbul dengan sendirinya, secara alamiah. Tanpa rekayasa, tahu-tahu kita ada. Saya, Iwan, dan Mba Ine di satu kesatuan bernama Timeline.
Semasa saya kecil, saya ingin sekali memiliki sahabat pena. Orang yang mau membagi cerita dengan saya tanpa pernah bertemu sebelumnya. Dan, Tuhan menjadikan nyata keinginan kecil saya itu: kalian. Iya, kalian adalah jawaban dari Tuhan atas keinginan saya semasa saya kecil.
Kini, keinginan saya adalah bertemu kalian. Saya sangat berharap pada semesta untuk bisa menemui kalian. Semoga suatu saat, kita diberikan kesempatan oleh waktu dan tempat untuk mengadakan sebuah pertemuan. Sejujurnya, saya sayang kalian. Saya cinta kalian. Sayang dan cinta seorang sahabat kepada sahabatnya. Dan saya berharap, kalian pun begitu terhadap saya.
Terima kasih, Mba Ine. Terima kasih Iwan. Kalian adalah penyemangat saya untuk tetap menulis.
Kalian adalah energi. Kalian adalah bunga yang bermekaran di musim gugur. Kalian adalah... keluarga saya. Sekali lagi, semoga suatu waktu kita dapat bertemu, ya..
Dari yang paling ganteng dan paling brondong..
No comments:
Post a Comment