Pagi ini aku membaca surat darimu, baru
saja. Sedikit senyum tertarik di sudut bibir, perasaan senang kembali
hadir, perasaan yang menghapuskan ketakutanku akan kepergianmu. Ah, kamu
tetap disini.
Kalimat awal diatas adalah pertanyaan
dari hati, tercetus setelah satu harian kamu tidak menyapaku dari media
apapun. Aku menunggumu tahu, aku melihatmu berbicara dengan orang lain,
tertawa dengan satu atau dua pria, tapi bukan kepadaku. Kenapa? Kamu
lupa? Awalnya hati berusaha memprovokasi, karena ia memang suka
sekali dipermainkan, dasar hati…tidak jera sama sekali. Tapi kemudian
logika mengambil alih, memberikan penerimaan akan ketiadaanmu kemarin.
Kan kamu bukan siapa-siapa bagiku, ya toh? Jadi aku mulai melakukan
aktifitasku kembali, dan melupakanmu.
Tapi, haha..pagi ini kamu ada! Pagi ini
aku membaca sapaanmu yang mempertanyakan apakah sudah membaca surat
dariku, senang…dengan tergopoh aku menghidupkan komputer dan mulai
membaca kalimat satu persatu. Senyum puas kurasakan setelah membacanya,
senyum yang sedikit tadi, ingat? Senyum itulah yang menyemangatiku untuk
membuat balasan kepadamu, surat yang sedang kaubaca ini.
Aku senang dengan panggilan baruku yang kau berikan, “kekasih bait”,
terdengar seperti aku adalah sosok yang mampu menghadirkan barisan kata
demi kata yang membentuk kalimat untuk menemani langkahmu menghadapi
hidup, luar biasa, penempatanmu atas hadirku benar-benar membuatku
tersipu. Untung ini media tulisan, sehingga kamu tidak bisa melihat
wajahku yang memerah sedari tadi.
Aku senang dengan pemahamanmu akan
diriku, semoga aku bisa bergerak cepat menjadi pria seperti yang kau
gambarkan, menjadi pantas untuk seseorang yang pantas. Doaku yang sama
untukmu juga.
Oh ya, jangan takut menjadi gila. Kata
demi kata yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan perasaan
nyaman dan puas bagi seseorang yang membacanya itu bukanlah gila, itu mukjijat
kalau kataku. DIA memberikan beberapa keahlian khusus yang berbeda-beda
kepada makhluk yang diciptakan-Nya, dan untuk kasus kita mungkin itu
berupa pemujaan besar terhadap sastra. Masa untuk hal itu kita dibilang
gila? Berarti secara tidak langsung mereka menghina-Nya, biarkan saja.
Aku senang dengan kesediaanmu membagi
mimpi denganku, ibukota dan aku menantimu dengan baik. Tenang saja, DIA
pasti juga akan memberikan ijin untukmu kemari bahkan sebelum kau
melakukan transaksi dengan-Nya, karena tidak pernah ada satupun “kata-kata” DIA yang menginginkan ciptaan-Nya tidak bahagia. Tuhan itu penyayang dan pemberi kebahagiaan, yakinlah akan itu.
Bodoh. Bodoh.
Bodoh, bodoh sekali kalau kita tidak
menyadarinya. Karena itu tetaplah menyapaku dalam harimu, melupakanku
tidak akan menjadikan segalanya lebih baik, tetaplah disini.
Oleh @bagusbaron
Diambil dari http://penulisjumat.wordpress.com
No comments:
Post a Comment