17 January 2013

Tetaplah di Sini

Mana?
Kok tidak ada
Hem, mungkin dia sudah bosan.
Haha, sama saja.
 
Pagi ini aku membaca surat darimu, baru saja. Sedikit senyum tertarik di sudut bibir, perasaan senang kembali hadir, perasaan yang menghapuskan ketakutanku akan kepergianmu. Ah, kamu tetap disini.

Kalimat awal diatas adalah pertanyaan dari hati, tercetus setelah satu harian kamu tidak menyapaku dari media apapun. Aku menunggumu tahu, aku melihatmu berbicara dengan orang lain, tertawa dengan satu atau dua pria, tapi bukan kepadaku. Kenapa? Kamu lupa? Awalnya hati berusaha memprovokasi, karena ia memang suka sekali dipermainkan, dasar hati…tidak jera sama sekali. Tapi kemudian logika mengambil alih, memberikan penerimaan akan ketiadaanmu kemarin. Kan kamu bukan siapa-siapa bagiku, ya toh? Jadi aku mulai melakukan aktifitasku kembali, dan melupakanmu.

Tapi, haha..pagi ini kamu ada! Pagi ini aku membaca sapaanmu yang mempertanyakan apakah sudah membaca surat dariku, senang…dengan tergopoh aku menghidupkan komputer dan mulai membaca kalimat satu persatu. Senyum puas kurasakan setelah membacanya, senyum yang sedikit tadi, ingat? Senyum itulah yang menyemangatiku untuk membuat balasan kepadamu, surat yang sedang kaubaca ini.

Aku senang dengan panggilan baruku yang kau berikan, “kekasih bait”, terdengar seperti aku adalah sosok yang mampu menghadirkan barisan kata demi kata yang membentuk kalimat untuk menemani langkahmu menghadapi hidup, luar biasa, penempatanmu atas hadirku benar-benar membuatku tersipu. Untung ini media tulisan, sehingga kamu tidak bisa melihat wajahku yang memerah sedari tadi.

Aku senang dengan pemahamanmu akan diriku, semoga aku bisa bergerak cepat menjadi pria seperti yang kau gambarkan, menjadi pantas untuk seseorang yang pantas. Doaku yang sama untukmu juga.

Oh ya, jangan takut menjadi gila. Kata demi kata yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan perasaan nyaman dan puas bagi seseorang yang membacanya itu bukanlah gila, itu mukjijat kalau kataku. DIA memberikan beberapa keahlian khusus yang berbeda-beda kepada makhluk yang diciptakan-Nya, dan untuk kasus kita mungkin itu berupa pemujaan besar terhadap sastra. Masa untuk hal itu kita dibilang gila? Berarti secara tidak langsung mereka menghina-Nya, biarkan saja.

Aku senang dengan kesediaanmu membagi mimpi denganku, ibukota dan aku menantimu dengan baik. Tenang saja, DIA pasti juga akan memberikan ijin untukmu kemari bahkan sebelum kau melakukan transaksi dengan-Nya, karena tidak pernah ada satupun “kata-kata” DIA yang menginginkan ciptaan-Nya tidak bahagia. Tuhan itu penyayang dan pemberi kebahagiaan, yakinlah akan itu.

Eh, kehadiranmu dalam hidupku juga salah satu bukti nyata kemurahan hati DIA loh. Ya kan?

Bodoh.
Bodoh.
 
Bodoh, bodoh sekali kalau kita tidak menyadarinya. Karena itu tetaplah menyapaku dalam harimu, melupakanku tidak akan menjadikan segalanya lebih baik, tetaplah disini.

Bagiku mencintaimu itu sudah biasa @siitiikaa , mainstream seperti kebanyakan orang yg pernah melakukannya.

Dariku @bagusbaron ,seseorang yang tidak mungkin bisa habis untuk dimengertimu.


Oleh @bagusbaron
Diambil dari http://penulisjumat.wordpress.com

No comments:

Post a Comment