27 January 2013

Kita Pernah Menjadi Cerita


Teruntuk kamu,
Matahari Pagiku.

Ketika kamu membuka surat ini yang ingin aku katakan pertama kali adalah jangan pernah berpikir aku ingin mengulang kenangan yang pernah kita buat, karena aku tau kamu sudah bahagia sekarang. Aku hanya sedikit ingin bernostalgia dengan masa lalu.

Tepat ditanggal ini dua tahun yang lalu, 26 Januari 2011. Aku dan kamu mengikat sebuah kebersamaan untuk menjadi kita. Tak bisa aku bayangkan betapa bahagianya hari itu, ketakutanku dan keraguanku selama berbulan-bulan terbayar sudah dengan kebahagiaan. Mungkin kata orang-orang kita terlalu banyak menghabiskan waktu untuk masa pendekatan, tapi aku tak pernah peduli selama kamu adalah orang yang aku ajak untuk berbagi cerita tentang cinta dan kasih sayang. Banyak kenangan-kenangan indah yang kita lalui, tentu dengan sederet masalah dan air mata. Tapi keyakinan kita berdua akan kekuatan cinta membuat semuanya teratasi dengan mudah. Aku masih ingat bagaimana kita saling bertukar hadiah setiap tanggal 26, dan kamu tau? Barang-barang itu masih tersimpan rapi diatas lemari bajuku. Tak terbesit sedikit pun untuk membuangnya, karena bagiku kenangan terlalu berharga untuk dikorbankan mengikuti keinginan ego yang terkadang sangat bodoh. Entah sekarang kamu masih menyimpan barang-barang dariku atau tidak, bukan masalah untukku.

Pertengahan juni tahun 2012 adalah awal dari kehancuran hubungan kita, masih ingat? Masalahnya adalah jarak. Iya, aku harus pindah ke kota lain untuk menempuh pendidikan yang lebih baik. Jarak selalu menjadi musuh terbesar bagi sebuah hubungan, berbagi rindu dengan jarak dan bekerja sama dengan semesta adalah keharusan. Awalnya tak mudah, bahkan memang seterusnya tidak pernah mudah. Terlihat mudah hanya karena kita mulai terbiasa dengan perpisahan, padahal hati sudah menitikkan air mata dengan hebatnya. Ketika hubungan kita mulai goyah, aku sudah berpikir bahwa hubungan kita tak akan bertahan lama. Benar dugaanku, 8 bulan setelah jarak memisahkan kita, sekarang status yang harus memisahkan kita. Tidak ada lagi kita, yang ada sekarang hanya aku, kamu, dan kenangan. Menyesal? Tentu. Tapi aku tak ingin terlarut dalam kesedihan, bagiku itu jalan yang terbaik dibandingkan kita selalu bertemankan rindu dan kenyataan pahit.

Sekarang aku dan kamu sudah terbiasa tanpa kehadiran kita. Sebuah kemajuan yang pesat. Bahkan sekarang kamu sudah menemukan 'kita' yang baru, tapi aku menyebutnya 'kalian'. Do'aku untuk kalian akan selalu ada, bahkan tak pernah habis. Pintaku, selipkanlah namaku sedikit saja didalam do'amu. Agar aku tak perlu berlama-lama hidup dalam kesendirian, karena jujur aku mulai bosan. Aku ingin ketika terbangun, ada pesan "selamat pagi" dihapeku dari seseorang yang aku sayangi. Itu saja pintaku, semoga kamu bersedia melakukannya dan Tuhan segera mengabulkannya. Amin. Hehehe.

Sudahlah, aku tak ingin berlama-lama bermain dengan masa lalu. Aku takut air mata ini mulai turun dan rindu ini kembali mengamuk. Semoga setelah membaca surat ini kamu tak perlu meneteskan air mata, justru aku ingin kamu membacanya sambil tersenyum bahagia. Jangan pernah menyesali masa lalu, mereka harus ada sebagai tolak ukur kebahagiaan kita dimasa sekarang dan dimasa depan. Sekarang setidaknya kamu kembali teringat, bahwa pernah ada kita sebelum kalian dan kita pernah menjadi cerita.

Dari seseorang yang (dulu) kamu cintai.


Ditulis oleh : @GiovanniEldi
Diambil dari http://giovannieldi.blogspot.com

No comments:

Post a Comment