27 January 2013

Untukmu, Mesin Penenun Hujanku.


teruntukmu, kemeja biru, mesin penenun hujanku

ini suratku, ketiga belas ku, ke-enamku, untukmu


hujan sekarang
apa itu tanda kau sedang bahagia?


kau, mesin penenun hujan bersenyum matahari

senangkah?
tiap retas tak terbalas oleh tanah, yang meski acuh, basah merekah?

bolehkah aku menunggumu?
walau tiap waktu datangmu selalu saja, dengannya, sendu dan rindu

aku bertanya padamu, dalam diam, meluncur bersama tetes mu di kisi-kisi berembun kala siang
bayangku-kah?
motori gerigi aus-mu, mesin penenun hujanku?

kau tetap saja diam, tak berbalas,
tak berkata tidak , mungkin, atau ya

sadarkah kau, mesin penenun hujanku?
tiap sepersekian-mili-giga-sekon-mu terantuk batuan, menjumpai bumi, yang mungkin kau rindukan
aku, merasakan sengat rindu yang teramat kurang ajar
menggeletar disana, diwaktu yang pernah kita ada bersama?

kau, mesin penenun hujan ku
yang begitu acuh dengan waktu kuasamu, kapan kau ingin berputar mendesis menguap berkeretak dalam diam
yang begitu statis dengan arus mu yang tak kenal arah balik
yang begitu angkuh, kukuh ingin berdiri sendiri, tanpa indahkan ku, disini, ingin bersamamu jemput mimpimu


terimakasih untuk tiap ketidakpedulianmu untukku
terimakasih untuk tak sekalipun melewatkan waktu turunmu di kisi jendela lusuh itu

terimakasih,
selamat tinggal :)



Oleh @nobinopita
Diambil dari http://novitaandyani.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment