#30HariMenulisSuratCinta adalah proyek non komersil yang digagas untuk menggabungkan kesenangan menulis di twitter dan blog. Proyek belajar menulis bersama ini dilaksanakan setiap 14 Januari - 14 Februari setiap tahunnya. Ini adalah tahun ketiga pelaksanaan proyek menulis yang juga menjadi ajang silaturahmi dari blog ke blog.
27 January 2013
Lihat, Aku Selalu Memerlukan Mama
Dear Mama…
Sebenarnya aku bingung mau menulis surat ini seperti apa. Begitu banyaknya kesempatan dan waktu yang aku punya untuk bisa mengucapkan terima kasih dan rasa cinta yang begitu dalam buatmu karena kita tinggal serumah, tapi kadang aku merasa malu untuk mengungkapkannya. Begitu banyak waktu yang kita habiskan saat malam tiba tepat ketika aku pulang ke rumah setelah bekerja atau sebelum aku kembali pergi ke kampus atau ke kantor, tapi sepertinya aku hampir tak pernah mengucapkan kalau aku sangat menyayangimu.
Dear Mama…
Maaf ya kalau aku bahkan sama sekali tak pernah lagi mencium tanganmu lagi ketika aku mulai beranjak remaja setiap kali aku mau pergi berangkat sekolah, kuliah, ataupun bekerja. Entahlah Ma, aku rindu masa-masa itu lagi. Menyalam tangan Mama, lalu pamit. Yang aku lakukan sejak remaja sampai sekarang usiaku sudah 23 tahun hanya pamit lewat bibir. Aku minta maaf untuk itu Ma…
Dear Mama…
Maaf kalau aku kesannya selalu jarang punya waktu untuk ngobrol dengan Mama. Bahkan kesan yang aku berikan ke Mama kadang seperti aku enggan berbicara dengan Mama. Maaf kalau Mama merasa aku seperti malas berkomunikasi dengan Mama. Tiap kali aku pulang ke rumah aku sudah terlalu lelah dan sangat malas untuk berbicara. Itu sebenarnya alasannya Ma. Tapi aku tidak pernah mengungkapkannya. Yang ada aku hanya diam dan Mama jadi kesal melihat aku seperti acuh tak acuh.
Ma…
Aku sangat bersyukur dan bangga bisa punya perempuan sepertimu. Sangat kuat, tegar, dan tak pernah terlihat lemah di mataku. Bahkan ketika menangis, secepat mungkin air mata itu akan Mama hapus seolah tak pernah jatuh setetes pun.
Mama memang tidak pernah cerita seperti apa dulu Mama waktu sekolah. Apakah Mama pernah juara atau paling tidak selalu mendapat nilai 10. Yang aku tau, Mama selalu mendukung aku dan adek-adek untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Mama selalu mengingatkan aku dan adek-adek untuk tidak pernah lupa mengerjakan PR. Bahkan di saat aku sedang menyusun skripsi saat ini, Mama tak pernah lupa mengingatkan aku untuk jangan lupa makan kalau sedang mengerjakan skripsiku. Kadang aku kesal karena aku merasa aku bukan lagi anak kecil yang harus diingatkan untuk hal-hal sepele seperti makan. Tapi nyatanya? Lihat, aku selalu perlu Mama kan…
Dear Ma…
Makasih karena Mama tak pernah bosan mengingatkan aku untuk ini-itu. Maaf kalau kadang aku pernah membentak Mama karena Mama berulang-ulang untuk mengingatkan hal yang sama. Aku sadar itu Mama lakukan karena Mama tidak ingin ada sampai yang salah kulakukan. Tapi aku malah sering kali menyebutnya sebagai kecerewetan yang tak ada hentinya.
Mama yang selalu mengalah… Terima kasih karena kadang untuk debat-debat yang sangat menyebalkan, Mama selalu diam dan mengalah. Padahal aku yang salah. Ahh, aku sungguh menyesal Ma. Aku tau usiamu sudah bertambah tua, tapi aku selalu lupa dan tak sadar kalau suara yang keras dariku akan semakin mengurangi umurmu. Aku mau minta maaf untuk itu. Kita sering berdebat sebenarnya karena hal-hal yang sepele dan itu pun sebenarnya karena aku yang keras kepala. Lihat, untuk hal sepele sekalipun, aku tetap memerlukan Mama kan…
Ma… Aku sudah hampir 5 tahun bekerja. Tapi uang yang kudapat dari kerja kerasku sangat sedikit kuberikan buat Mama. Kadang hanya membelikan Mama majalah tanaman karena Mama sangat suka dengan tanaman. Atau membelikan Mama sepatu pansus karena aku tau Mama sangat suka dengan model pansus. Ma, maaf ya kalau selama ini gaji yang aku dapat hanya aku pakai untukku. Untuk beli baju baru, untuk makan, untuk hang out, untuk jalan-jalan ke luar kota, untuk beli barang-barang yang kadang mungkin tak aku perlukan sama sekali. Bahkan untuk membeli netbook tahun lalu pun Mama masih kurepotkan.
Ahh, anak seperti apa aku ini. Sudah bekerja tapi masih saja merepotkanmu untuk membeli perlengkapanku. Padahal Mama sama sekali tak pernah memakai netbook-ku. Tapi Mama tau betul kalau aku sangat membutuhkan netbook dan lagi-lagi Mama yang turut campur untuk mencari biaya supaya aku bisa segera memiliki netbook saat itu, tak peduli apa harus meminjam uang entah dari mana. Maaf kalau kesannya aku seperti anak yang tak tau balas budi ya Ma.. Untuk urusan perkuliahan dan pekerjaanku saja aku masih harus melibatkan Mama. Lihat, aku selalu memerlukan Mama kan…
Dear Mama…
Waktu Mama sakit, mungkin aku tidak seperhatian Mama ketika aku sakit. Saat sakitpun Mama masih mengupayakan diri untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa Mama kerjakan. Aku ingat betul, yang Mama inginkan dari Tuhan itu cuma kekuatan dan kesehatan. Mama pernah bilang kalau, “Mama bukan mau memanjakan kamu dengan mengerjakan hampir seluruh pekerjaan rumah. Mama tau kamu sangat lelah di luar sana waktu bekerja atau kuliah.” Tapi untuk menyimpan pakaian yang sudah Mama setrika atau mengucapkan terima kasih pun aku jarang. Maaf ya Ma…
Ma, sebenarnya aku selalu memperhatikan Mama.. Maaf ya kalau aku kelihatan seperti tak pernah perduli dengan lebih banyak diam di rumah. Aku pernah dan sudah bilang kan, itu karena aku lelah, jadinya aku malas untuk bersuara. Makasih karena Mama selalu paham untuk hal tersebut.
Dear Mama.. Aku rasa aku akan memerlukan Mama seumur hidupku. Aku perlu doa Mama, aku perlu campur tangan Mama, aku perlu omelan Mama, kecerewetan Mama, bentakan Mama, semuanya Ma. Dulu, aku selalu berpikir kalau aku sudah besar aku tak akan memerlukan Mama terlalu banyak. Nyatanya aku tetap perlu Mama dalam segala hal. Untuk menyiapkan makan siang yang akan kubawa ke kantor saja pun aku sering tak sanggup. Mama yang menyediakan. Aku juga malu karena sampai saat ini Mama masih lebih sering mencuci piring dari aku. Aku selalu beralasan lelah kalau melihat tumpukkan piring. Maaf ya Ma kalau kesannya aku mencari Mama ketika aku perlu saja.
Ma… Kalau untuk hal-hal kecil dan terkesan sepele saja campur tangan Mama sangat berarti, apalagi untuk laki-laki yang akan menemani aku nanti. Ma, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan dengan Mama. Tapi aku sangat malu dan sepertinya aku memang susah berkomunikasi dengan Mama ya? Maaf ya Ma, kalau aku lebih sering memilih teman-temanku untuk mendengarkan semua ceritaku ketimbang Mama. Aku merasa bingung harus seperti apa kalau aku menceritakannya dengan Mama.
Tapi lewat surat ini, aku ingin Mama tau… Kalau beberapa waktu lalu, iya, beberapa bulan lalu, aku, anak gadismu sedang berada dalam lingkaran keterpurukan yang luar biasa. Seharusnya aku mencari Mama untuk menceritakan semua yang aku rasakan. Mulai dari sakit hati, patah hati, luka hati yang semakin menganga, ya semua Ma. Tapi aku malah bungkam. Maaf Ma, lagi-lagi aku hanya bingung mau seperti apa dan mulai dari mana untuk menceritakannya.
Mama ingat soal Jefry kan? Aku rasa Mama tau seperti apa perasaanku dengan dia tanpa kuceritakan panjang lebar. Tapi aku tidak akan membahas soal Jefry panjang lebar di sini…
Aku hanya ingin bercerita ke Mama kalau saat ini aku benar-benar membutuhkan sosok seorang laki-laki yang bisa melindungi dan berbagi dengan aku. Aku benar-benar memerlukan seseorang yang bisa kupeluk saat aku sedang terpuruk, seseorang yang bisa memarahi aku kalau aku sering sepele dengan hal-hal kecil, seseorang yang bisa mengelus kepalaku dan berkata, “Kamu yang sabar ya,” saat aku kena marah oleh bosku, seseorang yang bisa menemani aku setiap malam untuk mengerjakan sripsiku yang masih belum selesai atau pekerjaan kantor, seseorang yang bisa mendukung pendidikan dan karierku, seseorang yang mau memberikan bahunya tanpa bertanya apapun saat aku benar-benar sangat lelah dan ingin menangis, seseorang yang mau memeluk aku dari belakang atau mengizinkan aku memeluknya dari belakang, seseorang yang mau meminta aku untuk membuatkan makan siangnya, seseorang yang.. Apa yang kusebutkan tadi terlalu banyak? Ya aku butuh laki-laki seperti itu Ma…
Dear Mama… Akhirnya aku sadar aku akan selalu memerlukan Mama. Aku tentu belum pintar memilih. Bagaimanapun Mama duluan dari pada aku. Mama pasti tau bagaimana seharusnya seorang perempuan memilih. Ma, saat ini usiaku memang sudah 23 tahun, tapi aku belum bisa memutuskan pilihanku. Aku perlu Mama, aku perlu doa Mama. Maaf, aku bukan hanya perlu, aku sangat butuh doa Mama. Karena kalau dengan kekuatan dan cara hatiku bertindak, aku takut aku gegabah.
Ma, ada yang mau kutanyakan. Aku kadang tak tau apakah permintaanku terlalu banyak atau seperti apa. Yang aku minta dengan Tuhan soal laki-laki yang aku inginkan itu sebenarnya tidak banyak. Tapi entahlah menurut Mama. Aku biasanya meminta agar laki-laki itu adalah laki-laki yang mencintai Tuhan lebih dari apapun, bukan hanya pikirannya yang cerdas tapi juga hatinya, laki-laki yang tidak hanya bisa memuji aku tapi juga memarahi aku kalau aku salah, laki-laki yang bisa menjadi teman terbaikku dalam hal apapun, laki-laki yang bisa membuat aku utuh sebagai perempuan ketika aku di sampingnya, laki-laki yang tidak hanya mendukung aku tapi juga membutuhkan dukungan dariku.
Aku perlu dan aku membutuhkan laki-laki itu sebagai seseorang yang istimewa dalam hidupku Ma. Tenang Ma, aku tidak akan menduakanmu saat aku bertemu dengan laki-laki itu. Mama juga tidak perlu khawatir aku tidak memerlukan Mama lagi kalau nanti aku bertemu dengan laki-laki itu. Karena aku akan selalu memerlukan Mama.
Aku akan selalu memerlukan Mama dalam hal apapun. Baik untuk pesta pernikahanku nanti, maupun saat aku sudah berkeluarga. Aku pasti akan selalu memerlukan Mama. Aku mau Mama juga berperan dalam pesta pernikahanku yang sederhana nanti. Mama ingat kan kalau Mama selalu bilang kalau Mama masih ingin hidup bahkan ketika aku sudah punya anak dan berkeluarga nanti? Aku juga akan meminta itu dengan Tuhan nanti.
Untuk pernikahanku nanti, aku mau gaun putih gading. Tapi bolehkan aku yang memilih modenya? Aku mau gaun yang bisa memperlihatkan punggungku dengan indah. Mama bisa kan menjahit gaun seperti itu? Kalau pun tak bisa, Mama bisa kan menemani aku mencarinya bersama calon suamiku nanti?
Dear Mama…
Maaf ya kalau sampai saat ini aku masih belum bisa mengenalkan siapa laki-laki itu. Makanya kubilang aku perlu doa mama. Kalau Mama bertanya siapa pacarku, nanti, aku pasti akan mengenalkannya dengan Mama. Dan kalau Mama bertanya di usia berapa aku mau menikah, nanti di usia 26 atau mungkin 27 tahun. Dan mama tak perlu cemas atau bahkan khawatir, sekali lagi aku mau Mama tau kalau aku akan memerlukan Mama sampai kapanpun.
Ma… Mama jangan terlalu lelah ya.. Jaga kesehatan, sering-sering minum vitamin. Aku janji setelah ini aku akan menghabiskan waktu lebih banyak lagi untuk Mama. Aku akan bercerita apapun, semua dengan Mama. Nanti, waktu aku menikah, aku mau Mama yang mengurus semuanya. Maaf kalau aku baru berani mengungkapkannya lewat tulisan kalau aku sangat sayang dengan Mama.
Peluk hangat Putrimu
Oleh @Judika_judik
Diambil dari http://judikabm.tumblr.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
indah ya tulisannya, bikin rindu sama mama :')
ReplyDelete