Selamat siang, perempuan yang tak pernah mengenal lelah.
Biasanya siang seperti ini sepulang dari sekolah, aku selalu menyempatkan untuk mampir di Rumah Makan Ayam Goreng. Rumah Makan yang sudah menjadi usaha Ibu selama bertahun-tahun bahkan sejak aku kecil dan Ayah masih bekerja. Hingga sekarang Ayah sudah pensiun dan aku menginjak bangku kuliah. Bahkan bulan depan akan segera diwisuda. Ibu tetap dengan usahanya mencukupi kebutuhan hidup kami di Rumah Makan Ayam Goreng kebanggaan beliau. Ibuku yang selalu tampil rapi dan cantik, berangkat dari rumah setiap sore untuk menyiapkan segala keperluan untuk menyambut pengunjung Rumah Makan yang biasanya mulai ramai sehabis maghrib, sampai tengah malam menjelang. Bahkan aku seringkali tertidur saat Ibu belum juga sampai rumah. Tapi aku tak pernah lupa, sebelum tidur kuselipkan doa pada Tuhan agar Ia senantiasa memberikan Ibu kesehatan setiap kali Ibu pulang larut. Angin malam begitu jahat dan membawa banyak penyakit yang kutau Bu. Agar Tuhan selalu menghadirkan keceriaan di wajah Ibu sehingga para pengunjung Rumah Makan akan selalu ingin kembali lagi mencoba ayam goreng spesial buatan Ibu. Dan agar Tuhan senantiasa memberi banyak waktu untuk Ibu nantinya dapat melihat aku dan Mbak Tania menjadi orang sukses yang kemudian akan membahagiakan Ibu dan Ayah. Agar Ibu tak perlu lagi pulang terlalu larut. Karena semakin hari umur Ibu semakin bertambah. Dan kesehatan Ibu pun mulai terganggu.
Tapi tak pernah ada dalam bayanganku kesehatan Ibu akan terganggu sedemikian rupa Bu. Awalnya kukira Ibu hanya sakit biasa saat Ibu tak pergi ke Rumah Makan seperti sore-sore sebelumnya. Hanya obat sakit kepala yang Ibu minum waktu itu. Dan Budhe lah yang akhirnya menggantikan Ibu untuk pergi ke Rumah Makan. Aku baru semester 3 di bangku kuliah saat itu. Ketika ternyata saat periksa ke dokter, dokter mengatakan hal yang sama sekali tak pernah ingin aku dengar. Ibu di diagnosa menderita kanker payudara. Runtuh serasa duniaku seketika. Tidakkah kanker begitu mengerikan di telinga orang awam sepertiku yang tak tau apa-apa tentang dunia kedokteran? Walaupun saat itu Ayah, Kak Tania, Budhe dan teman-temanku selalu memberikan dukungan padaku dan membesarkan hatiku bahwa semua penyakit itu pasti ada obatnya, namun tak kupungkiri rasa takut kehilangan Ibu begitu besar. Begitu besar rasa sayangku pada Ibu, yang membuatku tak akan pernah cukup selama apapun waktu yang Tuhan berikan untuk kita dapat saling bersama. Ketika kemudian Ibu menolak untuk dioperasi dan memilih pengobatan herbal sebagai alternatif penyembuhan sakit Ibu, sepenuhnya aku selalu menyempatkan waktu untuk mengantarkan Ibu ke klinik herbal. Banyak kemajuan yang terjadi pada Ibu. Sesekali juga Kak Tania datang dari tempatnya bekerja di Jakarta. Kami semua begitu menyayangi Ibu, segala upaya kesembuhan bagi Ibu apapun itu pasti akan kami lakukan. Ibu harus tetap bersemangat sembuh untuk kami yang selalu menyayangimu. Kanker begitu jahat Bu. Setidaknya itu yang bisa kusimpulkan karena sebab kanker, senyum Ibu yang selalu mengembang dibibir, kini sudah jarang kulihat. Begitupun Rumah Makan Ayam Goreng, tak pernah lagi Ibu datangi karena Ibu terlalu lemah untuk bekerja seperti biasa. Kini segala aktivitas Ibu hanya dilakukan dirumah. Bersama Ayah yang selalu menemani Ibu. Karena aku tak bisa setiap hari menemani Ibu, karena kuliahku diluar kota. Tapi tak pernah kulewatkan seharipun untuk tidak menelepon Ibu dan memantau kondisi Ibu.
Bulan depan adalah hari wisudaku Bu. Ibu harus sehat agar bisa datang bersama Ayah dan Kak Tania. Aku ingin ada foto kita ketika aku wisuda yang kemudian terpajang di ruang tamu, seperti foto Kak Tania yang sudah lebih dulu terpajang. Dua bulan lagi juga adalah hari pernikahan Kak Tania, Ibu akan selalu hadir dan selalu ada di setiap peristiwa penting dalam hidup kami, Bu. Ibu dan ayah akan mendampingi Kak Tania melepas masa lajangnya. Menitipkan Kak Tania kepada suaminya nanti. Menitipkan anak gadis kalian yang sudah sedari kecil selalu bersama kalian, ditimang, digendong, dimanja dan diberi kasih sayang yang begitu besar dari Ayah dan Ibu terhebat yang pernah aku miliki.
Tapi Ibu juga harus berjanji ya, kalau nanti tiba saatnya aku menemukan pendamping hidupku aku ingin juga merayakan hal bahagia itu dengan Ibu, Dengan Ayah. Dengan keluarga kecilku yang selalu kurindukan.
Sekarang Ibu istirahat, jangan lupa meminum obat secara teratur. Ibu tak boleh kalah dengan penyakit Ibu. Aku disini selalu menemani Ibu. Semoga juga oksigen yang sudah 2 minggu ini terpasang dapat segera dilepas dari hidung Ibu kemudian Ibu kembali sehat. Kembali dapat tersenyum seperti biasa, kembali dapat menemaniku ketika teman-temanku datang kerumah. Dan kembali dapat menikmati betapa indahnya hidup yang Tuhan beri pada kita.
Padamu Bu, segala sayangku bermuara.
Anakmu.
Ditulis oleh : @enhanhanha
Diambil dari http://ernamardjono.tumblr.com
No comments:
Post a Comment