Kepada wanita paling beruntung, calon makmummu kelak
Assalamualaikum ukhti
Sebelum aku melanjutkan isi surat ini, aku ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada ukhti bahwa hari ini, detik ini, aku begitu mengagumi calon imammu. Ya, laki-laki yang mungkin saat ini masih mencari ilmu bersamaku, tapi kutau kelak dia akan menjadi imam yang begitu mengagumkan bagimu.
Aku percaya, dan sangat percaya bahwa ukhti adalah bidadari yang Tuhan kirimkan untuk mendampingi laki-laki yang saat ini tatapnya masih membuatku membeku, yang disetiap kedipnya terhembus nama Sang penciptanya. Aku juga yakin, ukhti pasti seribu kali lebih sholehah dariku. Untuk itu aku yakin, kelak ukhti bisa mendampingi dan menemani laki-laki yang tidak pernah bosan menyeru nama-Nya.
Ukhti, sekali lagi aku minta maaf karena sebelum hadirmu, aku sudah terlanjur terperangah tak berdaya setiap kali calon imammu itu melengkungkan senyuman kearahku. Aku tak pernah kuasa menahan degup jantungku saat wajah imammu basah terbasuh air wudhu. Dan sekali lagi aku juga terlalu mengagumi calon imammu saat tongkat kepemimpinan ada digenggamannya. Maaf ukhti, ini salahku.
Tapi tenang ukhti, aku tak akan merebut calon imammu yang menjadi kebanggaanku itu, karna pada saat kau membaca surat ini mungkin kau telah hidup bahagia bersamanya, dan aku bersama imamku sendiri.
oleh @sintaokt -
Sebelum aku melanjutkan isi surat ini, aku ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada ukhti bahwa hari ini, detik ini, aku begitu mengagumi calon imammu. Ya, laki-laki yang mungkin saat ini masih mencari ilmu bersamaku, tapi kutau kelak dia akan menjadi imam yang begitu mengagumkan bagimu.
Aku percaya, dan sangat percaya bahwa ukhti adalah bidadari yang Tuhan kirimkan untuk mendampingi laki-laki yang saat ini tatapnya masih membuatku membeku, yang disetiap kedipnya terhembus nama Sang penciptanya. Aku juga yakin, ukhti pasti seribu kali lebih sholehah dariku. Untuk itu aku yakin, kelak ukhti bisa mendampingi dan menemani laki-laki yang tidak pernah bosan menyeru nama-Nya.
Ukhti, sekali lagi aku minta maaf karena sebelum hadirmu, aku sudah terlanjur terperangah tak berdaya setiap kali calon imammu itu melengkungkan senyuman kearahku. Aku tak pernah kuasa menahan degup jantungku saat wajah imammu basah terbasuh air wudhu. Dan sekali lagi aku juga terlalu mengagumi calon imammu saat tongkat kepemimpinan ada digenggamannya. Maaf ukhti, ini salahku.
Tapi tenang ukhti, aku tak akan merebut calon imammu yang menjadi kebanggaanku itu, karna pada saat kau membaca surat ini mungkin kau telah hidup bahagia bersamanya, dan aku bersama imamku sendiri.
oleh @sintaokt -
diambil dari http://sintaoktaviana.tumblr.com
No comments:
Post a Comment