".... akhirnya pangeran menemukan cinderella, dan mereka pun hidup berbahagia selamanya."
Dear cinderella,
Apa kabar kamu? Sudah lama sekali aku tidak mengetahui kabarmu, semenjak pangeran menemukanmu dan menjadikan kamu pasangan hidupnya, sejak saat itu aku tidak lagi mengetahui bagaimana kelanjutan cerita kehidupanmu. Apa kamu masih bertemu dengan ibu dan saudara tirimu itu? Bagaimana perlakuan keluarga pangeran terhadapmu? Apakah pangeran menjagamu dengan baik? Apakah ibu peri masih sering membantumu? Dan oh iya, bagaimana kabar labu yang berubah menjadi kereta kencana itu? Atau tikus-tikus yang menjadi kuda-kuda itu? Ah~ banyak sekali yang aku tanyakan ya. Sungguh bukan paragraf pembuka yang baik dalam surat. Tapi, aku memang sangat penasaran denganmu.
Saat mengenalmu usiaku masih 7 atau 8 tahun, dan saat itu pula aku mulai mengagumimu. Bagaimana bisa kamu bisa begitu sabar menghadapi ibu dan saudara tirimu itu? Aku kagum dengan kesabaranmu itu, bahkan kamu tidak pernah membalas kejahatan mereka. Ah iya, memang seharusnya seperti itu ya, kejahatan dibalas dengan kebaikan dan kesabaran. Membaca kehidupanmu itu membuatku bersyukur memiliki orang tua kandung yang begitu menyayangiku. Mereka adalah anugerah untukku. Aku harap, aku juga menjadi anugerah untuk mereka.
Cinderella, sebenarnya aku bingung bagaimana kamu dan pangeran bisa saling jatuh cinta dengan cara seperti itu? Kamu datang dan berdansa dengannya, dan hanya beberapa jam kamu bisa membuat pangeran datang mencarimu lagi walau hanya berbekal sepatumu yang tertinggal saat kamu terburu-buru pulang. Saat pertama kali aku membaca ceritamu, cerita cintamu itu begitu romantis. Aku bahkan sempat terpikir untuk mengikuti caramu. Maklumi saja, saat itu aku baru berusia 7 tahun. Tapi jika aku pikirkan lagi sekarang, cerita cintamu itu lucu. Bagaimana bisa hanya dengan beberapa jam kalian saling mencintai? Dan masihkah ada pria seperti pangeran yang memperjuangkan cintanya seperti itu? Pangeranmu bahkan tidak mengetahui siapa kamu, dimana kamu tinggal atau bagaimana kehidupanmu tapi ia tetap pada pendiriannya untuk memperjuangkan cintanya.
Namun, memang sudah selayaknya cinta itu diperjuangkan. Seperti pangeranmu yang memperjuangkan cintanya kepadamu dengan caranya, aku juga berharap pangeranku sedang memperjuangkan cintanya untukku. Tentunya dengan cara yang berbeda. Jika pangeranmu mencarimu hanya berbekal sepatumu yang tertinggal, aku harap pangeranku mencariku dengan berbekal kecintaannya kepada Tuhannya. Entah bagaimana nantinya kami akan berjumpa, aku harap ia sedang mempersiapkan cara terindah untuk kami kelak berjumpa. Tidak. Aku tidak hanya berharap. Tapi, aku juga percaya ia sedang mempersiapkannya. Mungkin saat ini, ia belum memikirkan aku, dan hanya memikirkan masa depannya. Tidak apa. Aku yakin itu juga adalah cara lain ia memikirkanku, memikirkan masa depan kami. Dan pada saatnya nanti, aku dan dia akan menjadi sepertimu dan pangeranmu, berjumpa pada saat yang tepat dan akhirnya pun hidup berbahagia selamanya.
Kelak, akhir ceritaku juga akan sebahagia akhir ceritamu.
Ditulis oleh : @ddLylaa
Diambil dari http://dnqifthi.blogspot.com
No comments:
Post a Comment