Selamat senja, Senja.
Senja, kamukah di sana? Masih saja kamu datang dengan semburat kemerahan. Kenapa malu? Kemarilah tak apa, aku sudah ikhlas jika kamu pergi meninggalkan lagi. Sungguh.
Senja, memang dulu aku pikir hadirmu yang sementara hanya untuk membekaskan luka. Kamu berlalu bersamaan dengan lelah. Lalu kembali lagi di saat aku sedang penatnya. Menampilkan keindahan saat aku mulai mencari keindahan lain, walau lesu. Seolah hanya kamulah sumber keindahan.
Senja, saat itu aku enggan membuka mata. Tidak menghiraukan malam. Menghentikan detik, terpaku pada saat kau menghilang. Yang aku tahu dari mereka, malam itu gelap. Hanya gelap. Aku terlalu takut untuk membuka. Iya, saat itu.
Sampai suatu ketika, aku mencoba memberanikan diri membuka mata. Dan apa yang aku dapat, Senja? Mereka salah. Pun aku. Di luar sana seiring datangnya malam, satu per satu bintang bermunculan. Indah. Indah sekali, Senja. Dan ternyata banyak keindahan di luar sana selain dirimu.
Aku tidak sedang mengutukmu, pun mengeluhkanmu, Senja. Bagaimana pun, jika kamu tak hadir, malam pun juga tidak akan tampak. Terlebih, kalian adalah dua keindahan yang berbeda. Walaupun dengan kesementaraanmu; terima kasih, Senja.
oleh @saramitaviyani
diambil dari http://simithos.blogspot.com
Senja, kamukah di sana? Masih saja kamu datang dengan semburat kemerahan. Kenapa malu? Kemarilah tak apa, aku sudah ikhlas jika kamu pergi meninggalkan lagi. Sungguh.
Senja, memang dulu aku pikir hadirmu yang sementara hanya untuk membekaskan luka. Kamu berlalu bersamaan dengan lelah. Lalu kembali lagi di saat aku sedang penatnya. Menampilkan keindahan saat aku mulai mencari keindahan lain, walau lesu. Seolah hanya kamulah sumber keindahan.
Senja, saat itu aku enggan membuka mata. Tidak menghiraukan malam. Menghentikan detik, terpaku pada saat kau menghilang. Yang aku tahu dari mereka, malam itu gelap. Hanya gelap. Aku terlalu takut untuk membuka. Iya, saat itu.
Sampai suatu ketika, aku mencoba memberanikan diri membuka mata. Dan apa yang aku dapat, Senja? Mereka salah. Pun aku. Di luar sana seiring datangnya malam, satu per satu bintang bermunculan. Indah. Indah sekali, Senja. Dan ternyata banyak keindahan di luar sana selain dirimu.
Aku tidak sedang mengutukmu, pun mengeluhkanmu, Senja. Bagaimana pun, jika kamu tak hadir, malam pun juga tidak akan tampak. Terlebih, kalian adalah dua keindahan yang berbeda. Walaupun dengan kesementaraanmu; terima kasih, Senja.
oleh @saramitaviyani
diambil dari http://simithos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment