Dear Mama ..
Hal yang paling ku syukuri setiap pagi, ketika aku terbangun karena suara ketukan pintu dikamarku, dan kau menyuruh ku segera mengambil air wudhu. Beberapa hari ini, aku susah buat bangun sendiri.
Adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan dalam setiap kesempatan kita dipertemukan, diantara sela kehidupan. Walaupun tak berbincang langsung, mendengar suara mu saja cukup membuatku senang. Aku ingin segera pulang.
Sengaja ku buka folder foto di laptopku tadi malam, untuk melihat foto yang ku ambil ketika kau memasak di dapur sambil tersenyum dan berusaha mengindar dari kamera saat terakhir kali aku pulang.
Ku lihat wajahmu semakin mengkerut. Apa yang kau pikirkan? Masalah apa yang sampai menyusutkan berat badan mu lagi? Setahu aku, lazimnya wanita itu merawat diri. Bukan membiarkan dirinya digerogoti penyesalan yang harusnya tak lagi kau pikirkan. Semua telah berlalu, Ma. Banyak hal ke depan yang bisa kita rencanakan bersama-sama.
Kalau karena masalah pekerjaan, aku bahagia, mendengar cerita dari ibu mu, tentang keputusanmu untuk meninggalkan pekerjaanmu dengan alasan ingin merawat ku sepenuh hati sewaktu kecil. Dan aku kecewa dengan seseorang yang dengan tega nya mengkhianati kita, yang selama ini kau percaya sebagai tempat untuk menggantungkan cinta dan derita. Dia yang harusnya disalahkan. Tak perlu bersedih, Ma. Tuhan memisahkan kita dengan dia, karena Tuhan tau, kita tak akan berbahagia. Jangan pernah merasa bersalah, hanya karena sampai saat ini kau belum menemukan jalan dan diberi kesempatan untuk kembali memulai usaha demi keluarga kecil kita.
Sudah lah, cerita menyakitkan itu tak perlu dibicarakan lagi. Buku diari mu sudah cukup menjelaskan ku bagaimana perasaan mu. Yang aku butuhkan hanyalah mama yang selalu ada untuk mendoakan ku. Tak perlu kau bersusah payah memikirkan masa depan keluarga. Aku tak butuh harta jika hanya akan membuat ku menderita dan kehilangan mama. Aku sudah dewasa, mama dan si calon dokter masa depan akan menjadi tanggung jawab ku kelak. Aku berjanji untuk mama dan diriku sendiri.
Sepertinya cukup, semua tulisan ini mengingatkan ku pada memori kesedihan. Jaga kesehatan mama, salam buat sang calon dokter.
Salam rindu, untuk keluarga tercinta.
oleh @rahmanwahyuu
diambil dari http://rahmanwahyu.blogspot.com
Hal yang paling ku syukuri setiap pagi, ketika aku terbangun karena suara ketukan pintu dikamarku, dan kau menyuruh ku segera mengambil air wudhu. Beberapa hari ini, aku susah buat bangun sendiri.
Adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan dalam setiap kesempatan kita dipertemukan, diantara sela kehidupan. Walaupun tak berbincang langsung, mendengar suara mu saja cukup membuatku senang. Aku ingin segera pulang.
Sengaja ku buka folder foto di laptopku tadi malam, untuk melihat foto yang ku ambil ketika kau memasak di dapur sambil tersenyum dan berusaha mengindar dari kamera saat terakhir kali aku pulang.
Ku lihat wajahmu semakin mengkerut. Apa yang kau pikirkan? Masalah apa yang sampai menyusutkan berat badan mu lagi? Setahu aku, lazimnya wanita itu merawat diri. Bukan membiarkan dirinya digerogoti penyesalan yang harusnya tak lagi kau pikirkan. Semua telah berlalu, Ma. Banyak hal ke depan yang bisa kita rencanakan bersama-sama.
Kalau karena masalah pekerjaan, aku bahagia, mendengar cerita dari ibu mu, tentang keputusanmu untuk meninggalkan pekerjaanmu dengan alasan ingin merawat ku sepenuh hati sewaktu kecil. Dan aku kecewa dengan seseorang yang dengan tega nya mengkhianati kita, yang selama ini kau percaya sebagai tempat untuk menggantungkan cinta dan derita. Dia yang harusnya disalahkan. Tak perlu bersedih, Ma. Tuhan memisahkan kita dengan dia, karena Tuhan tau, kita tak akan berbahagia. Jangan pernah merasa bersalah, hanya karena sampai saat ini kau belum menemukan jalan dan diberi kesempatan untuk kembali memulai usaha demi keluarga kecil kita.
Sudah lah, cerita menyakitkan itu tak perlu dibicarakan lagi. Buku diari mu sudah cukup menjelaskan ku bagaimana perasaan mu. Yang aku butuhkan hanyalah mama yang selalu ada untuk mendoakan ku. Tak perlu kau bersusah payah memikirkan masa depan keluarga. Aku tak butuh harta jika hanya akan membuat ku menderita dan kehilangan mama. Aku sudah dewasa, mama dan si calon dokter masa depan akan menjadi tanggung jawab ku kelak. Aku berjanji untuk mama dan diriku sendiri.
Sepertinya cukup, semua tulisan ini mengingatkan ku pada memori kesedihan. Jaga kesehatan mama, salam buat sang calon dokter.
Salam rindu, untuk keluarga tercinta.
oleh @rahmanwahyuu
diambil dari http://rahmanwahyu.blogspot.com
No comments:
Post a Comment