15 January 2013

Surat Pertama


Dear E,

Yang sedang cemberut

di

Jakarta


Pagi ini saya bercerita kepadamu, “Saya mau ikut proyek #30harimenulissuratcinta.” Kamu bertanya, “Apa itu?”

Kemudian, saya mencoba menjelaskan ‘surat cinta’ yang saya maksud. Kamu menanggapi dengan “Oh …” panjang, serta “nanti surat cintanya ditujukan buat saya, ya.”

Silly.

Tanpa kamu minta pun, kamu ada di daftar teratas dari nama-nama yang mungkin akan saya kirimi surat cinta. Karena bagi saya, kamu selalu nomor satu. Kamu tahu, kan?

Saya bilang, surat cinta yang saya buat di proyek menulis ini boleh saya kirimkan buat siapa saja. Buat perempuan, laki-laki, kucing, ikan, atau batu.

“Jadi kamu mau kirim surat buat siapa saja?”

Duh, kamu … sepertinya kamu cemburu. Kemudian cemberut. Kamu tidak perlu cemburu. Nanti, kalau saya mengirim surat cinta untuk yang selain kamu, hanya suratnya saja yang saya kirimkan. Cinta-nya tetap buat kamu. Sudah, jangan cemberut. Nanti hilang gantengmu.

Ini surat pertama saya. Baca baik-baik, ya …. (saya tahu kamu tidak punya blog, tapi kamu suka diam-diam baca blog saya.)

Sebuah surat seharusnya diawali dengan kalimat, “Hai, apa kabar?” Tetapi itu tidak berlaku untuk surat saya kali ini. Karena, saya tahu benar kabar kamu. Dari pesan-pesan singkat yang saling kita kirimkan sejak pagi tadi, juga dari percakapan kita di telepon beberapa menit yang lalu.

Aneh. Begitu sering kita bertukar kabar, tetapi begitu seringnya pula saya merasa rindu.

Saya penasaran, apa kamu juga merasa seperti itu? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Tidak apa-apa. Yang jelas, saya punya banyak sekali stok rindu buat kamu. Terkadang saya beritahu kamu, tetapi lebih seringnya saya simpan sendiri. Saya kira, saya tidak boleh terlalu sering bilang kangen sama kamu. Nanti kamu bosan. Menatap foto kamu lekat-lekat dan membaca ulang percakapan-percakapan lama kita menjadi hobi baru buat saya.

Kamu tahu? ada saat-saat ketika saya merasa terlalu rindu sampai saya kesal sendiri. Kesal pada jarak, pada waktu, pada tol cipularang. Saya ingin ada di samping kamu. Sekarang.

Semoga sampai di sini cemberutmu sudah sedikit berkurang.

Saya masih mau menulis banyak, tapi sebentar lagi kantor posnya tutup. Surat hari ini harus segera saya kirimkan. Nggak apa-apa, ya?

Sampai ketemu lagi di surat berikutnya.

Peluk dari Bandung.

-M-




Amplopnya dari sini

Oleh @imonski
Diambil dari http://tehmanis.tumblr.com

No comments:

Post a Comment